top of page

Cerpen


Pagi yang cerah, cukup cerah untukku yang terburu-buru di kejar waktu. Huh seperti biasa, aku bangun kesiangan lagi. Padahal di depan gerbang dua temanku, Beby dan Widy sedang menungguku untuk berangkat sekolah bersama. “Rizta…. udah siang…!!” petik Mama. “Iya Ma, Rizta udah selesai kok, Rizta berangkat ya Ma, assalamualaikum,” pamitku.

Lalu aku segera membuka pagar rumah, aku, Beby, dan Widy segera menggowes sepeda untuk sampai di sekolah. Aku dan teman-temanku bersekolah di SMA Melati, sekolah yang cukup favorit lah di kota Malang ini. Aku, Beby dan Widy sekarang menginjak kenaikan kelas sebelas. Untunglah aku punya dua sahabat yang baik dan pengertian seperti mereka berdua. Dalam perjalanan ke sekolah, aku teringat pengalaman kami bertiga.

Demi kesetiakawanan, kami bertiga pernah sampai tidak ikut ulangan gara-gara nungguin Beby. Kami memang langganan telat masuk sekolah. Dan juga kami bertiga paling sering mendapat hukuman dari Pak Ali, guru kami yang paling galak. Sesampainya di gerbang, kami bertiga segera berlari ke kelas dengan hati-hati, lalu aku melongok ke meja guru. “untung gurunya belum datang…” gumamku. Suasana kelas saat itu sangat tertib dan diam. Aku jadi berfirasat buruk dan benar sajaaaa, saat jarak kami bertiga tinggal selangkah lagi menuju tempat duduk. Tiba-tiba suara itu mengagetkan kami.

“ehm… ehm.” “ssst… diam, entar ketahuan gurunya.” Pekikku kepada Beby yang ada di belakangku. “Rizta, Beby, Widy kalian mau ke mana!” “o’ow … ” gumamku dalam hati.

Kami bertiga pun berbalik dengan kecemasan. Tidak salah lagi, seorang laki-laki berumur sekitar 40′an menatap kami dengan sangat gusar. Dialah Pak Ali yang sangat kami takuti. “kalian bertiga terlambat lagi? Ini sudah yang keberapa kalinya kalian terlambat? Bahkan saya saja sudah bosan untuk menghukum kalian..” terus Pak Ali. “Pak, kalau Bapak sudah bosan menghukum mereka bagaimana kalau kami, murid di sini saja yang memilih hukuman untuk mereka” tentang salah seorang murid yang sebenarnya adalah musuhku. Siapa lagi kalau bukan si Adit. Cowok berbehel yang sok dan belagu.

Setelah menimbang-nimbang usulan Adit, akhirnya Pak Ali menyetujuinya. Waduh, ada rencana apalagi tuh si Marmut berbehel? “baiklah Adit, Bapak menerima usulan kamu. Anak-anak apakah ada usul untuk menghukum mereka bertiga?” tanya Pak Ali.

“membersihkan toilet Pak!” ujar Adit. Entah mengapa Pak Ali langsung menerima usulan itu. Sedangkan aku, Beby, dan Widy hanya tercengang tak percaya. “hahh!! Membersihkan toilet?” seru kami bertiga. Terbayang di benakku bau toilet yang sangat tidak sedap itu, rasanya perutku mulai bergejolak.

“kalian bertiga membersihkan toilet di seluruh sekolah ini sampai bersih.” Lanjut Pak Ali. “apa? tapi Pak.. tapi…” protesku. “tidak ada tapi-tapian, segera laksanakan hukuman kalian.” Kami bertiga segera menuju toilet yang pertama, yang akan kami bersihkan. Dengan memakai dasi untuk masker, kami bertiga segera memulai pekerjaan berat ini.

“selesai!” kata Beby. “iya akhirnya selesai juga.” Balasku. Setelah hampir dua jam kami membersihkan toilet, akhirnya pekerjaan ini selesai juga. Kami bertiga segera menuju ke ruangan Pak Ali untuk meminta izin masuk kelas. Dengan lemas dan sangat lelah kami berjalan menyusuri koridor sekolah.

“tok… tok… tok…” suara pintu ruangan Pak Ali yang ku ketuk. Sekian lama kami menunggu di pintu itu, akhirnya jeglek… suara pintu terbuka. “bagaimana? apakah hukuman kalian sudah selesai?” tanya Pak Ali. “sudah Pak!” jawab kami bertiga dengan serempak. “coba Bapak lihat, siapa tahu kalian berbohong.” kata Pak Ali sambil beranjak dari tempatnya berdiri semula. Kami bertiga pun mengikuti Pak Ali dengan langkah-langkah kecil. Kwekkk… suara pintu toilet yang sudah renta itu terdengar nyaring. Kami bertiga pun kaget bukan main melihat pemandangan yang baru saja kami lihat.

“apa ini namanya sudah selesai?” tanya Pak Ali dengan nunjuk lantai yang sangat kotor. “tap… tapi tadi sudah bersih kok Pak.” Sangkalku dengan wajah tidak percaya. “hmm?” tanya pak Ali dengan nada yang meragukan. “mustahil, tadi kan sudah kita bersihkan.” Ujar Beby kesal. “pasti ada orang yang iseng…” tebakku “apa jangan-jangan…” belum selesai aku bicara, aku segera berlari menuju toilet yang lain. “tuh kan bener…” kataku lagi-lagi tak percaya.

“kalau sini sudah kotor, pasti si perusuh sekarang ada di toilet yang sudah kami bersihkan.” Kataku sambil mengejar Pak Ali yang masih tak jauh berjalan. “ayo Pak, pelakunya keburu lari.” Tambah Widy. Kami berempat pun berlari menuju toilet kelas XI timur dan benar saja setelah Widy membuka pintu, nampak seorang cowok sedang berusaha mengotori lantai toilet itu. Ketika sadar akan kedatangan kami, ia pun segera berbalik.

“eh.. Pak Ali..” kata Adit dengan wajah yang mula-mula puas berubah menjadi pucat. “oh, jadi kami dit yang bikin ini?” keluhku. “Adiiittt…!!!” panggil Pak Ali langsung menjewer telinga murid yang paling bandel itu. “ampunnn Pak, ampunnnn..!!!” “sekarang kamu yang harus membersihkan semua toilet yang sudah kamu kotori.” Perintah Pak Ali.

“dan kalian bertiga, saya beri tugas untuk mengawasi Adit.” “Oh iya hukuman kamu saya tambah untuk membersihkan gudang belakang sekolah.” Lanjut Pak Ali. Aku, Beby, dan Widy cukup puas dengan hukuman Adit yang lebih berat dari hukuman kami. Dan ini adalah kesempatan bagus untuk melihat Adit yang tersiksa karena harus berhadapan dengan kecoa dan tikus saat membersihkan gudang.

Kami bertiga sedang mengawasi Adit yang sedang membersihkan gudang. Tak berapa lama Beby dan Widy pergi ke toilet untuk buang air kecil. “Riz, aku nganterin Beby ke toilet dulu yah.” Pamit Widy. Akhirnya di dalam gudang yang gelap dan pengap itu hanya ada aku dan Adit yang sedang membereskan kardus-kardus di gudang. “kasihan juga tuh anak…” pikirku.

Aku berjalan mendekatiku Adit. Lalu ku ambil tissue dari sakuku. Kemudian ku usapkan ke kening Adit yang penuh dengan peluh dan keringat itu. Awalnya Adit kaget dan secara refleks memegang tanganku. Saat itu juga kami saling beradu pendang. Ku lihat matanya yang penuh binar indah. “manis juga nih anak, kalau gak lagi kumat.” Gumamku.

Aku pun segera tersadar, ngapain juga aku ngelihatin dia toh dia kan musuh terbesarku. Aku pun segera bangkit dan memberikan tissue itu kepadanya agar mengelap keringatnya sendiri. “nah tissue, lap tuh keringat.” Kataku pada Adit dengan gaya yang super judes. “apaan lo marmut ngelihatin?” tanyaku dengan sok memakai bahasa gaul. Tapi Adit masih memandangiku lalu tersenyum kecil. Dasar aneh…

Akhirnya hari ini selesai juga, setelah menyelesaikan hukuman dari Pak Ali, aku segera pulang. Huh… hari yang menyebalkan. Tapi kenapa sejak tadi aku terbayang-bayang tatapan Adit yah? wah gawat kalau sampe aku suka sama dia. “Ting tong, ting tong..” suara bel di rumakhu. Duh siapa sih gangguin orang lagi belajar. Masak ada tamu pada jam sembilan malam seperti ini? Aku pun membukakan pintu, loh? Gak ada siapa-siapa. Huh bikin bete aja deh. Saat aku akan masuk rumah lagi, ku lihat di lantai ada sesuatu. Sekuntum mawar merah dan sepucuk surat.

“Pancaran matamu indah, seindah bunga mawar ini. Esok hari akan mempertemukan kita lagi. Met malem n’ nice dream.” Your Secret Admirer. “penggemar rahasiaku? siapa ya? apa cuma orang iseng aja kali.” pikirku. Aku jadi penasaran dibuatnya.

Pagi hari aku berangkat sekolah, entah mimpi apa hari ini aku gak kesiangan. Tapi menyebalkan di perjalanan menuju sekolah aku bertemu si marmut behel. “eh, kelinci Mama tumben gak terlambat?” ejek Adit. “diem lo marmut behel, aku berangkat pagi bukan urusanmu kan?” balasku diakhiri dengan menjulurkan lidah seperti kebiasaanku kalau ketemu musuhku ini. “kelinci manja dan males… udah kapok ya dihukum Pak Ali?” ledeknya lagi. “ihhh.. marmut behel, sial banget sih pagi-pagi udah ketemu kamu. Nyebelin!!!” balasku lagi. “wkwkwkwkw..” “wkwkwkwkw..” ledekku.

Saat memasuki kelas, aku pun kembali kaget ketika menemukan cokelat dan sepucuk surat di loker mejaku. “Senyumanmu melebihi manis cokelat ini. Teruslah tersenyum hadapi hari ini. Kita jam pelajaran yang kan kau suka selalu bertemu.” Your Secret Admirer. “apaan tuh Riz? cie cie… cokelat dari siapa?” ejek Beby. “coba lihat suratnya dong…” pinta Widy langsung merebut kertas di tanganku. “cie… cie… Rizka punya pengagum rahasia.” Tambah Widy. “balikin kertasnya…” pintaku.

“jam pelajaran yang ku suka?” pikirku. “berarti dia deket sama aku dong…” tebakku. Tapi hingga bel pulang berbunyi tak ku jumpai gerak-gerik aneh dari teman-teman cowok yang dekat denganku. Tapi malah di jam pelajaran yang ku suka aku sekelompok sama si Marmut behel, bikin bete. Jadi tambah penasaran. Ketika aku, Widy dan Beby akan pulang. Di sepedaku pun ada sekuntum mawar dan lagi-lagi sepucuk surat misterius.

“Ku harap wangi mawar ini mampu mengobati kekecewaanmu karena tak menemukanku. Tetapi aku selalu memandang wajahmu tiap hari.” Your Secret Admirer.

“kamu itu sebenarnya siapa sih? jangan bikin aku penasaran dong…” ucapku lirih. Aku semakin penasaran dengan sosok penggenar rahasiaku ini. “tapi Riz, kayaknya nih cowok yang deket-deket kamu aja deh…” tebakk Widy saat berada di rumahku. “kayaknya sih teman sekelas lihat aja tuh selalu memandang wajahmu tiap hari.” Tambah Beby. “benar juga kata Beby.” Ujarku.

“Kak, ada kiriman buat Kakak…” kata adikku sambil mengetuk pintu kamarku. Aku segera membuka kotak dari adikku itu dan ternyata di dalamnya ada hadiah dan sebuah surat dari Faiz, teman sekaligus orang yang aku kagumi. Dia juga satu kelas denganku. Hadiahnya adalah sebuah jam tangan berwarna ungu. “apa jangan-jangan…” “Faiz!!” tebakku, Widy dan Beby serempak. Kalau benar dia pengagum rahasiaku pasti aku sangat bahagia. “cie.. cie.. ada yang bahagia nih, cowok yang ditaksir juga suka.” Pancing Widy. “ihh.. apaan sihh?” sangkalku senyum-senyum sendiri.

To: Rizka From: Faiz “Hai, Riz, sorry yah ganggu kamu, dengan hadiahku yang mungkin saja gak kamu suka. Seminggu lagikan ulang tahunmu. Happy Birth Day yah…”

“lah? kalau udah tahu ulang tahunku masih seminggu lagi kenapa dia ngasih kadonya sekarang?” tanyaku bingung.

Saat malam, tepat pukul sembilan. Ada yang mengetuk kaca jendelaku, saat ku buka gak ada siapa-siapa. Hanya ada sepucuk surat di sekuntum mawar. “Ku harap kamu mau menerima pemberianku ini. Memang terlalu cepat, semoga kamu mengerti maksudku.” Your Secret Admirer. Aku pun semakin mantap bahwa ini memang dari Faiz, cowok yang memang ku taksir, duh aku betapa bahagianya.

Aku berangkat ke sekolah terlambat lagi, gara-gara ban sepedaku yang tiba-tiba kempes. Untung ada Faiz. Dia memboncengku dengan motornya. My prince and my hero. “thanks ya iz, aku ngerti kok maksud kamu.” Kataku kepada Faiz. “oh, soal kado itu…” balasnya berubah agak aneh. Tak berapa lama kemudian aku sampai di sekolah dan aku masuk kelas bersama Faiz.

Dan anehnya, sejak aku lebih dekat dengan Faiz tak ada lagi surat-surat misterius. Aku yakin dialah orangnya. Kini hari ulang tahunku sudah tiba. Nanti malam di rumahku akan ada pesta. Aku mengundang semua temanku. Siang ini aku sedang menghabiskan waktu bersama Faiz. Aku pun memberanikan diri untuk menanyakan tentang surat-surat dan mawar-mawarnya.

“iz, aku menghargai banget perjuangan kamu buat aku malam-malam ke rumah aku cuman mau ngasih mawar.” kataku memulai percakapan. “ha? Kapan Riz?” kagetnya. “loh? bukan kamu yang ngirim bunga dan cokelat itu?” tanyaku terbelalak. “aku cuma ngirim kado itu Riz, itu pun salah paham,” jelasnya. “maksud kamu?”

“sebenarnya itu jam tangan bukan buat kamu Riz, tapi buat Rizka pacarku yang hari ini ulang tahun. Dia tinggal di bandung jalan mawar No. 5,” terangnya. “jadi..?” “iyah.. tukang pos salah mengirim paket itu ke rumah kamu di malang jalan mawar No.50″. “apa?!!” aku semakin terbelalak. Jika bukan Faiz lalu siapa? aku mulai bingung dengan semua ini.

Setelah perjumpaanku itu, aku segera pulang. Aku semakin bingung dan penasaran siapa yang mengirim mawar dan cokelat itu? baru sampai di rumah Bi Minah pembantu di rumahku memberikanku empat bunga mawar, dua cokelat dan satu bantal love yang masing-masing ada sepucuk suratnya. “bibi tadi lagi bersih-bersih di belakang, terus nemuin ini di depan jendela kamar non Rizka..” jelasnya. Ku baca satu persatu surat itu.

“Hari ini menjelang ulang tahunmu enam hari lagi. Ku harap wangi bunga ini takkan pernah hilang.” Your Secret Admirer. “Kamu salah menganggap aku adalah dia yang sering bersamamu kini. Met malem.” Your Secret Admirer. “Di kantin akan ada aku di sebelahmu.” Your Secret Admirer. “Ku tunjukkan kehebatanku di lapangan basket. Siang ini pada jam istirahat.” Your Secret Admirer. “Ini cokelat untuk mengingatkanmu padaku.” Your Secret Admirer. “Kamu lupa untuk mengerjakan tugas kelompok Geografi bersamaku. Semoga cokelat ini mengingtakanmu.” Your Secret Admirer.

Dan surat yang ada di bantal love itu adalah salah satunya petunjuk agar aku bisa ketemu sama pengagum rahasiaku. “Gunakan baju terindah dan dandanlah yang tercantik. Pergilah ke taman dan temukan kotak ungu.” Your Secret Admirer.

Aku segera bersiap-siap, ku turuti semua perintah di surat itu. Saat ku tiba di taman, aku segera mencari kotak ungu itu. Aku kembali teringat surat-surat yang dulu, rasanya aku agak kecewa karena bukan Faiz. Orang itu. Akhirnya aku menemukan kotak yang dimaksud. Di dalam kotak itu ada sebuah gelang yang sangat cantik dan sebuah surat. “Happy Birth Day my princess, gunakan gelang ini. Aku menunggumu di bawah air mancur bertabur bunga mawar ungu.” Your Secret Admirer.

“air mancur bertabur bunga mawar ungu? ” tanyaku pada diri sendiri. Lalu aku teringat di taman ini ada tiga air mancur. Yang pertama ada di taman bunga krisan, yang kedua di taman bunga bougenville. Berarti yang ketiga adalah taman bunga mawar. Akhirnya aku berlari menuju air mancur itu. Terlihatlah dari belakang seorang cowok memakai jas warna ungu. Entahlah kebetulan atau tidak saat ini aku sedang memakai gaun yang juga berwarna ungu.

Menyadari kedatanganku cowok itu bangkit dari kursinya. Di tempat itu, di depan air mancur sudah disiapkan untuk candle light dinner yang romantis. “Mungkin aku terlalu naif untuk bilang ini, sebenarnya sudah lama aku menyimpan perasaan ini. Rizka, aku suka sama kamu.” Kata cowok itu sambil berbalik.

Aku sangat terkejut, dia adalah Adit. Iya, Adit musuh terbesarku dan juga satu-satunya cowok yang ku benci. Tapi saat ini, aku gak bisa berkata apa-apa. Aku pun teringat kejadian saat di gudang. Saat di kelas, saat di lapangan basket, di kantin dan saat aku lupa mengerjakan tugas kelompok geografi di rumahnya Adit. Saat itulah aku merasa bodoh karena tak segera menyadari ini semua.

“Aku suka sama kamu Riz, would you be my girl?” tanyanya sambil bersimpuh di hadapanku. “I will…” jawabku. Aku tak bisa menutupi perasaanku. Dan kami merayakan hal terindah itu, hari ulang tahunku dan hari dimana aku menemukan my Secret Admirer. Kini marmut behel dan kelinci mama gak akan lagi berantem. Karena mereka saling cinta.


Comments


Featured Posts
Recent Posts
Follow Us
Search By Tags
  • Facebook Long Shadow
  • Twitter Long Shadow
  • SoundCloud Long Shadow

© 2015 by FD. Proudly created with Wix.com

 

bottom of page